Meski Difabel, Semangat Tak Luntur: Peserta Ini Tempuh UTBK di UNP dengan Harapan Besar

0
82
iklan
metropadang.com – Kamis pagi (24/4/2025) di Tenaga Kerja Departemen Elektronika 10 Universitas Negeri Padang (UNP) tampak berbeda. Suasana hiruk pikuk perkuliahan, kini ditambah inspirasi kisah-kisah inspiratif dari lima peserta UTBK-SNBT 2025 penyandang disabilitas yang mengikuti sesi ketiga pelaksanaan ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Tiga di antaranya adalah difabel netra: Puti Zarqa Prima, Khairani Sari, dan Otto Wahyudi. Sementara dua lainnya, Intan Permata Sari dan Ezra Novita Nainggolan, memiliki kondisi low vision dan gangguan bicara.
Puti dan Impian Menulis Cerita
Puti Zarqa, siswa SMA 2 Bukittinggi, datang dengan semangat yang membara. Meski penglihatannya terbatas, Puti yang difabel netra memilih jurusan Ilmu Komunikasi di UNP sebagai pilihan pertama pada UTBK-SNBT dengan satu cita-cita membahagiakan orang tua.
“Aku pengen nulis-nulis cerita,” singkatnya namun penuh keyakinan.
Pilihan UNP bukan tanpa alasan. Menurutnya, kampus ini dikenal ramah terhadap disabilitas netra. “Ada alumni Tuna Netra dari kampus ini yang sekarang ngajar di Bukittinggi. Dia cerita kalau kampus ini memang inklusif,” tutur Puti.
Sang ayah, Supriadi, dalam wawancara terpisah menyebut bahwa keluarga memberi kebebasan kepada Puti untuk memilih masa depan. “Dia suka menulis, suka membuat cerita. Kami mendukung dan mengarahkan, tapi keputusan tetap ada di tangannya,” katanya.
Khairani dan Cita-Cita Mulia Mengajar Al-Qur’an Braille
Sementara itu, semangat luar biasa juga datang dari Khairani Sari dan ibunya. Dalam keadaan sebagai orang tua tunggal, sang ibu terus memperjuangkan pendidikan anaknya meski banyak suara sumbang di sekitarnya. “Selagi saya masih bernyawa dan jari sepuluh saya masih kuat, apapun yang akan saya lakukan agar anak-anak saya sekolah,” katanya penuh emosi.
Khairani, yang sejak kecil mengalami gangguan penglihatan akibat tersumbatnya saluran udara mata sehingga menghambat perkembangan penglihatan, memilih jalur keagamaan. Ia ingin menjadi guru tahfidz dan mengajarkan Al-Qur’an braille. “Rani pengen jadi guru karena banyak teman dari Sumatera Barat bahkan di luar Sumbar yang nggak bisa baca Al-Qur’an braille,” cerita ibunya.
Kenangan saat Umroh pun membekas, ketika Khairani menunjukkan kemahiran membaca Al-Qur’an braille di hadapan jamaah internasional. “Dia dipeluk dan dicium sama para laskar perempuan karena bisa membaca Al-Qur’an dengan huruf braille,” tambah sang ibu.
Dengan tekad itu, Khairani mantap memilih Universitas Negeri Padang sebagai pilihan pertamanya, tepatnya di Program Studi Pendidikan Agama Islam. Selain karena aksesibilitas yang disediakan, ia berharap bisa terus memperdalam ilmunya dan menjadi panutan bagi sesama penyandang disabilitas.
UNP, Kampus Ramah Disabilitas
Koordinator Lapangan UTBK-SNBT UNP, Prof. Asrul Huda, S.Kom., M.Kom mengungkapkan bahwa kampusnya telah lama berkomitmen menyediakan akses bagi peserta disabilitas, khususnya netra. “Setiap tahun kami menyiapkan fasilitas khusus. Tahun ini kami menyediakan tujuh PC, meski hanya lima peserta yang hadir,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa UNP adalah satu-satunya perguruan tinggi di Sumatera Barat yang secara konsisten menyelenggarakan UTBK bagi peserta penyandang disabilitas. “Ini bagian dari komitmen kami sebagai kampus inklusi,” tambahnya. (Utr/Ss/Humas UNP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini