KKN Kebangsaan XIII: UNP Tumbuhkan Cinta Budaya dan Keterbukaan Diri Siswa di Sulsel

0
1033
metropadang.com – Universitas Negeri Padang Berpartisipasi dalam KKN Kebangsaan XIII 2025 di Sulawesi Selatan Mengusung Tema ”Wisata Budaya Warisan Dunia sebagai Aksi Kebangsaan: Kampus Berdampak dan Mengabdi untuk Negeri”
Maros Muhammad Al Fikhri, mahasiswa Bimbingan dan Konseling FIP UNP, menjadi perwakilan dalam Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan 2025 yang berlokasi di Dusun Katoang, Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
Merujuruk pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bidang pendidikan, khususnya tujuan keempat, fokus pada memastikan pendidikan berkualitas, inklusif, dan merata, serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua. , 19 Juli 2025, Al Fikhri menginisiasi program Seminar Pendidikan: Peningkatan Self-Disclosure sebagai Generasi Cinta Budaya Tanah Air yang dilaksanakan di SMP PGRI 7 Maros, Sabtu satu pendekatan yang dipilih untuk mendukung tujuan bimbingan adalah penerapan metode Small Group Discussion (SGD). Metode ini dipilih secara strategis untuk mengembangkan keterampilan pengungkapan diri pada peserta didik, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman pribadi, dan latar belakang budaya kepada orang lain secara jujur dan terbuka.
Sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling, penerapan SGD dalam konteks ini tidak semata-mata untuk memfasilitasi kelompok diskusi, tetapi diarahkan sebagai layanan media klasikal yang berbasis pengembangan diri. Keterbukaan diri merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembentukan identitas diri, termasuk identitas budaya. Ketika peserta didik mampu mengungkapkan siapa dirinya, dari mana ia berasal, dan apa nilai budaya yang ia miliki, maka proses pemahaman dan penerimaan terhadap dirinya sendiri menjadi lebih utuh.
Dalam pelaksanaan kegiatan, peserta didik dari kelas 7, 8, dan 9 dibagi secara acak ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pengacakan ini bertujuan menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendorong interaksi lintas usia yang kaya akan pengalaman dan perspektif budaya.
Proses ini menjadi bentuk layanan bimbingan kelompok yang terintegrasi dalam pendekatan edukatif. Melalui keterbukaan diri, siswa belajar mengenali siapa dirinya, memahami asal-usul dan identitas budayanya, serta mengembangkan keberanian untuk menyampaikannya kepada orang lain tanpa rasa takut dihakimi. Ini merupakan kompetensi emosional dan sosial yang penting dalam tahap perkembangan remaja.
Keberhasilan penerapan Small Group Discussion ini tampak dari meningkatnya partisipasi aktif, ekspresi diri yang lebih jujur, dan munculnya nilai-nilai kebersamaan antar siswa lintas kelas. “Program seperti ini sangat ditunggu dan diperlukan bagi siswa atau remaja di Desa Bontomatiggi, saya terharu melihat semangat dan antusias siswa dalam mengikuti program ini” ujar Bapak Andi Faisal selaku guru di SMP PGRI 7 Maros dan sebagai tokoh pendidikan di Desa Bontomatiggi. Dengan demikian, SGD bukan sekedar metode diskusi biasa, melainkan wadah aktualisasi diri yang sangat efektif dalam membantu peserta didik meningkatkan kesadaran diri dan keterbukaan pribadi sebagai bagian dari penguatan identitas budaya.
#unp #beritaunp #sdgs #kampusberdampak #diktisaintekberdampak #sdgs4 #qualityeducation #SDGs 8 #decentworkandeconomygrowth

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini