Dari Limbah Jadi Berkah: Budidaya Maggot Diminati Petani Nagari Kamang Tangah Anam Suku

0
67

Oleh: Novi Yulanda Sari

Metro Padang.com – Kamang Tangah – Tidak banyak yang mengira, tumpukan sampah dapur dan limbah pertanian yang kerap menimbulkan bau ternyata bisa menjadi sumber rezeki. Rahasianya ada pada larva kecil berwarna putih yang dikenal dengan nama maggot. Bagi petani di Nagari Kamang Tangah Anam Suku, maggot kini menjadi harapan baru: membersihkan lingkungan sekaligus menyediakan pakan ternak yang murah dan bergizi.
Harapan ini diwujudkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Budidaya Maggot sebagai Solusi Pengelolaan Limbah dan Pakan Ternak Alternatif bagi KUB Maju Bersama”, yang digelar Sabtu (6/9) oleh tim dosen Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP). Kegiatan dipimpin oleh Novi Yulanda Sari, dengan materi inti disampaikan oleh dosen sekaligus instruktur, Synthia Ona Guserike Afner. Turut hadir Ketua KUB Marwandi Putra, tim dosen PPNP, mahasiswa, serta petani anggota KUB.

Si Kecil Pengurai Sampah
Dalam paparannya, Synthia menjelaskan bahwa maggot, larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), memiliki kemampuan alami mengurai limbah organik dengan cepat.
“Bayangkan, sisa dapur dan limbah pertanian yang biasanya menumpuk bisa habis dalam hitungan hari. Hasilnya bukan sekadar larva, tetapi sumber protein tinggi yang sangat bermanfaat bagi ternak,” ungkapnya.
Penjelasan itu membuat para peserta semakin antusias. Bagi mereka, maggot bukan lagi sekadar larva, melainkan solusi praktis yang mampu mengubah persoalan lingkungan menjadi peluang ekonomi.

Belajar dari Maggot
Antusiasme petani semakin terlihat sepanjang pelatihan. Mereka aktif bertanya mengenai siklus hidup maggot, cara menyiapkan media budidaya, hingga peluang pemasarannya.
Synthia menegaskan bahwa teknik budidaya maggot relatif mudah dilakukan.
“Tidak butuh modal besar. Cukup wadah sederhana, limbah organik, dan ketekunan. Dalam dua hingga tiga minggu, maggot sudah bisa dipanen,” jelasnya.
Ia menambahkan, maggot segar dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan. Sementara itu, maggot kering yang kaya protein kini juga banyak diminati pasar, membuka peluang usaha baru bagi petani.
Harapan untuk Nagari
Ketua tim pengabdian, Novi Yulanda Sari, menekankan pentingnya inovasi sederhana seperti budidaya maggot. “Kita sedang menghadapi dua persoalan besar: limbah yang menumpuk dan biaya pakan yang tinggi. Maggot hadir sebagai solusi keduanya. Jika dikelola dengan serius, Nagari Kamang Tangah akan lebih bersih sekaligus lebih mandiri,” ujarnya.
Ia berharap KUB Maju Bersama dapat menjadi pelopor budidaya maggot di nagari, sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan secara lokal, tetapi juga dapat ditiru oleh masyarakat di daerah lain.

Dari Kampus untuk Masyarakat
Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran kampus dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Tidak hanya membawa teori, tetapi juga menghadirkan keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan.
Bagi petani Kamang Tangah, pelatihan ini membuka wawasan bahwa limbah bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari limbah, bisa lahir berkah yang mendukung keberlanjutan hidup. Dari nagari kecil ini, muncul inspirasi besar: bahwa inovasi sederhana seperti budidaya maggot mampu menjadi gerakan bersama untuk lingkungan yang lebih lestari dan kesejahteraan yang lebih baik. (02)

 

 

 

 

0

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini