metropadang.com — Pagi itu, langit Kecamatan IV Jurai tampak cerah, namun di wajah petani Taratak Tangah Lumpo tersirat harap cemas. Sejak banjir hebat menerjang Bendungan Lumpo II pada 2021, aliran air ke sawah mereka terputus. Selasa (13/5), secercah harapan muncul saat Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, datang langsung meninjau bendungan sepanjang 250 meter itu.
“Kalau sekarang APBD kita tidak ada, karena kita mengalami efisiensi anggaran. Tapi saya tidak akan diam. Saya akan perjuangkan ini ke provinsi dan pusat,” ujar Hendrajoni saat berdialog dengan warga.
Bendungan Lumpo II menjadi tumpuan bagi lebih dari 400 kepala keluarga petani di lima nagari sekitar: Taratak Tangah Lumpo, Lumpo, Balai Sinayan, Sungai Gayo Lumpo, dan Sungai Sariak Lumpo. Bahkan, sebagian wilayah Kecamatan Bayang juga bergantung pada saluran air dari bendungan ini.
Menurut Wali Nagari Taratak Tangah Lumpo, Dewel Coli Vetra, kerusakan bendungan telah membuat masyarakat kesulitan turun ke sawah. “Satu-satunya harapan kami sekarang adalah bantuan dari pemerintah. Kalau tidak segera ditangani, bukan cuma pertanian yang rusak, tapi pemukiman warga dan Puskesmas Lumpo juga terancam,” katanya.
Air sungai terus menggerus tebing. Tanpa perlindungan batu jeti, rumah dan fasilitas umum bisa menjadi korban bencana berikutnya. “Kami sudah ajukan proposal ke provinsi dan balai, tapi belum ada realisasi,” tambah Dewel.
Bupati Hendrajoni memahami situasi genting ini. Selain menjanjikan pengajuan anggaran ke pemerintah lebih tinggi, ia juga telah meminta dinas teknis menyiapkan dokumen pendukung sesegera mungkin. “Irigasi ini nadi kehidupan petani kita. Jangan sampai mereka putus asa karena persoalan yang sebenarnya bisa kita tangani bersama,” katanya.
Tak sekadar kunjungan, kedatangan Bupati ke lokasi rusaknya bendungan menjadi simbol kehadiran pemimpin di tengah rakyat. Di balik deru air sungai yang kini membabi buta, terselip tekad untuk memperjuangkan kembali aliran kehidupan bagi petani Pesisir Selatan. (mp)