Kegiatan ini mengusung tema “Meningkatkan Kemampuan Pemberian Pelayanan dengan Perlakuan Khusus bagi Pegawai Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi dan Kab/Kota se-Provinsi Sumatera Barat”.
Pelatihan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Universitas Negeri Padang, Prof. Dr. Refnaldi, S.Pd., M.Litt.
Dalam sambutannya, Refnaldi menyampaikan bahwa UNP sebagai kampus inklusif berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas lembaga pemerintah dan masyarakat dalam memberikan layanan ramah disabilitas.
“Pelatihan JBI ini merupakan salah satu bentuk dukungan UNP untuk memperluas akses layanan publik yang inklusif, terutama bagi masyarakat tuli,” ujar Refnaldi.
Sebelumnya, Kepala Seksi Layanan Disabilitas UNP, Dr. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd., dalam sambutannya menekankan pentingnya peningkatan kompetensi petugas layanan publik dalam memahami kebutuhan komunikasi penyandang disabilitas.
Ia menjelaskan bahwa kemampuan menggunakan bahasa isyarat tidak hanya menjadi keterampilan teknis, tetapi juga bagian dari cara membangun empati dan menghapus hambatan komunikasi bagi masyarakat tuli dalam mengakses layanan negara.
“BPS sebagai institusi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat perlu memastikan seluruh layanan dapat diakses oleh semua, termasuk penyandang disabilitas,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Umum BPS Provinsi Sumatera Barat, Mulia Andestar, S.ST., M.Si, menyampaikan apresiasi kepada UNP atas kolaborasi yang terjalin. Ia menuturkan bahwa pelatihan ini merupakan langkah strategis BPS dalam mendukung transformasi pelayanan publik berbasis inklusi.
Dalam kesempatan itu, Mulia juga berharap agar kerja sama tidak berhenti pada pelatihan saja, tetapi berlanjut melalui praktik lapangan. Ia meminta agar UNP melalui Pusat Layanan Disabilitas dapat menghadirkan mahasiswa tuli untuk magang atau melakukan kunjungan ke kantor BPS untuk mengakses data.
“Kami ingin pegawai BPS tidak hanya memahami teori bahasa isyarat, tetapi bisa langsung mempraktikkannya dengan teman tuli. Jika memungkinkan, kami berharap ada mahasiswa tuli yang magang atau sekadar berkunjung ke kantor BPS sehingga pegawai dapat berlatih komunikasi secara langsung,” ungkapnya.
Mulia menegaskan bahwa langkah ini menjadi cara efektif untuk membangun kepercayaan dan memberikan pengalaman nyata bagi pegawai dalam melayani masyarakat tuli.
Pelatihan Juru Bahasa Isyarat ini berlangsung selama dua hari dengan metode pembelajaran teoritis dan praktik langsung. Peserta dibimbing oleh instruktur berpengalaman dalam bidang bahasa isyarat yaitu Feri Naldi yang didampingi oleh Intan Jumiati, S.Pd selaku juru Bahasa isyarat serta didampingi langsung oleh mahasiswa tuli dari Departemen Pendidikan Luar Biasa, FIP UNP.
Materi yang diberikan meliputi dasar-dasar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), etika komunikasi dengan penyandang disabilitas sensorik, teknik pelayanan publik inklusif, serta simulasi pelayanan ramah disabilitas di lingkungan BPS.
Melalui kegiatan ini, UNP dan BPS Sumatera Barat berharap mampu memperkuat komitmen bersama dalam menciptakan ruang pelayanan publik yang inklusif dan non-diskriminatif.
Output dari pelatihan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kompetensi pegawai, tetapi juga mendorong perubahan sikap, budaya kerja, dan kebijakan layanan publik agar semakin responsif terhadap keberagaman kebutuhan masyarakat.(mp)





