UNP Inisiasi Diskusi Internasional mengenai Pemrograman dan Keberlanjutan melalui “INSPECT”

0
153
METROPADANG.COM | Tim penelitian Dosen Universitas Negeri Padang (UNP) yang terdiri dari Randi Proska Sandra, S.Pd, M.Sc (Ketua), Dr. Syafrijon, M.Kom (Anggota), dan Sari Nova, M. Sc (Anggota) berhasil menyelenggarakan kegiatan berani bertajuk “INSPECT: International Discussion on Programming Education and Sustainability.” Kegiatan ini merupakan Focus Group Discussion (FGD) sebagai bagian dari rangkaian penelitian dengan skema Penelitian Dosen Pemula (Dana Penelitian Dosen Muda) yang didanai oleh RKAT Universitas Negeri Padang.
Kegiatan ini mengangkat tema “Programming for the Planet: Educating the Next Generation of Sustainable Coders” yang fokus pada pendekatan pemrograman aplikasi yang terintegrasi dengan metakognisi dan berfokus pada pola berpikir hijau (green mind set). Salah satu konsep yang diangkat dalam FGD ini adalah green programming practice, yang bertujuan untuk menemukan prinsip strategis dalam memproduksi kode yang bersih bagi programmer muda, sehingga kode tersebut tidak memerlukan banyak sumber daya dan energi, serta dapat menghasilkan perangkat lunak yang berkelanjutan.
Kegiatan FGD ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Negeri Padang, Krismadinata, Ph.D. “Saya merasa bangga berada di sini bersama para peneliti dan ahli yang berkomitmen dalam peningkatan pengetahuan di bidang pemrograman berkelanjutan. FGD ini tidak hanya relevan dengan perkembangan teknologi saat ini, tetapi juga penting dalam konteks tantangan global terkait lingkungan hidup. Saya sangat mengapresiasi Tim peneliti yang diketuai oleh Randi Proska Sandra atas inisiatifnya dalam mengintegrasikan metakognisi dan pola pikir hijau dalam pemrograman pendidikan. Saya yakin penelitian ini penting untuk mencetak programmer yang mampu menerapkan prinsip-prinsip pengembangan perangkat lunak yang berkelanjutan,” ujar Rektor UNP dalam Berbagainya.
FGD ini bagian menjadi dua sesi, masing-masing dengan dua pembicara. Sesi pertama diisi oleh Assoc. Prof. Joshua B. Gross (California State University, Monterey Bay, USA) dan Asst. Prof Pranav Nerurkar, Ph.D. (Institut Teknologi Sardar Patel (SPIT), Universitas Mumbai, India). Dalam dunia algoritma dan pemrograman, pengetahuan tentang kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang sudah lazim dibicarakan, namun Prof. Gross mengangkat isu baru terkait kompleksitas energi, yaitu bagaimana sebuah algoritma yang dikembangkan oleh programmer dapat meningkatkan emisi CO2 seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna. Sementara itu, Prof. Nerurkar fokus membahas Clean Code dan alat yang diperlukan untuk mendeteksi apakah sebuah kode bersih atau tidak. Kode yang bersih diprediksi menggunakan lebih sedikit energi dari perangkat keras dibandingkan dengan kode yang tidak terstruktur. Beberapa alat untuk mendeteksi kode bersih juga diperkenalkan.
Pada sesi kedua, FGD ini menghadirkan Harm Ellens (Convenor, Joint Advisory Group on AI and Sustainability, International Organization for Standardization/ISO) dan Asst. Prof Oscar Karnalim, Ph.D. (Dekan Fakultas Teknologi dan Rekayasa Cerdas, Universitas Kristen Maranatha, Bandung). Oscar menjelaskan tentang Code Quality, Code Readability, dan Code Smells. “Banyak yang berpendapat bahwa keterbacaan kode adalah hal yang terpisah dari kualitas kode. Tetapi pada dasarnya, justru keterbacaan adalah bagian dari kualitas,” terang Dr. Oscar dalam paparan materinya. Ia juga membahas tentang bau kode, yaitu berbagai masalah yang dapat terjadi dalam pemrograman kode, serta memberikan tips membangun kode berkualitas tinggi. Sementara itu, Harm Ellens menyampaikan prospeknya sebagai praktisi di bidang ISO, sebuah organisasi standarisasi yang mempublikasikan berbagai standar internasional untuk industri dan berbagai institusi di seluruh dunia. Ia menjelaskan dari sudut pandang AI dan aspek-aspek yang terkait dengan ekosistem. Harm Ellens juga memperkenalkan metrik ISO terkait ekosistem dan siklus hidup sistem AI.
Randi Proska Sandra secara langsung memoderatori FGD ini. Hipotesis kami dalam penelitian ini adalah bahwa kode yang tidak terstruktur memiliki potensi untuk menghasilkan dampak lingkungan, karena perangkat lunak yang dikembangkan berpotensi menghasilkan emisi CO2 lebih besar akibat proses energi pada perangkat keras dan jaringan. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan kepada programmer pemula pikir pola pembangunan perangkat lunak yang berkelanjutan,” jelas Randi saat memoderatori kegiatan ini. Penelitian ini juga melibatkan mahasiswa informatika sebagai anggota peneliti mahasiswa, yaitu Gevano Randhi Pilko dan Ranny Erzitha. Selain itu, ada Afifah Zafirah, M.Pd., dan Raudhatul Jannah ikut berpartisipasi sebagai asisten peneliti.
(Rendi/Humas UNP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini