Dampak Covid-19 “Generasi Malas Baca Buku, Lebih senang main Gejet “

0
3302

Oleh : Tisna, S.Pd

Metro Padang.comPada akhir Desember 2019 lalu, dunia di gegerkan dengan munculnya Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) di Wuhan, China. Virus ini lalu menyebar dengan sangat cepat lewat percikan dahak (droplet) dari saluran pernafasan yang menempel pada orang lain dalam waktu yang sangat singkat, Pada akhirnya sekolah diliburkan untuk mengatasi  penyebaran covid -19,

Sejak saat itu pemerintah mulai menetapkan dan meningkatkan berbagai cara untuk mencegah menyebarnya virus ini. Tentu saja hal ini sangat berdampak bagi kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai bidang, khususnya di bidang pendidikan. Sejak pada saat merebaknya virus corona di Indonesia.  mulai dari  tingkat taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi  di  Indonesia, Dengan meliburkan  siswa  dalam kegiatan belajar bukan suatu kebiksanaan pemerinta yang baik bagi masyarakat  namun  menyebabkan  generasi  menjadih bodoh. pada saat itu Mentri Pendidikan dan Kebudyaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menetapkan kegiatan belajar mengajar di Indonesia dilakukan secara daring. Hal itu merupakan salah satu upaya pencegahan virus corona di wilayah sekolah.

System pembelajaran daring ini juga mewajibkan siswa/i untuk mempunyai perangkat elektronik seperti hp atau laptop dan jaringan yang cukup kuat untuk megikuti pembelajaran daring ini.  untuk beberapa siswa/i yang mempunyai perangkat elektronik yang memadai hal ini bukanlah masalah bagi mereka. Namun, bagi beberapa siswa yang strata perekonomiannya rendah bahkan harus meminjam perangkat elektronik tetangga mereka, atau bahkan ada yang harus membayar 2 ribu rupiah untuk mendapat Wifi dirumah tetangga mereka. Belum lagi jika ada kendala jaringan.

Setelah Pemeritah menerapkan  sekolah daring  apakah  permasalahan yang ditimbulkannya ?  atau apakah ada persoalan baru yang terjadi , jawabannya ada , dampak jangka panjang dari risiko tersebut. Tentu ibu dan bapak sudah memahami bahwa masa depan Indonesia sangat tergantung pada SDM sehingga tidak ada tawar menawar untuk pendidikan terlepas dari situasi, Para orangtua masih khawatir untuk membolehkan anak sekolah, sementara sejumlah anak ingin sekolah tatap muka tetap besar. Oleh karena itu, pemerintah memfokuskan vaksinasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk menjaga sekolah bebas virus. Pemerintah juga menerbitkan panduan sebagai pedoman agar sekolah tetap sehat di masa pandemi.

Keinginan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka bukan barang baru di Indonesia. Gagasan ini sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan 2020 lalu ketika kasus COVID-19 baru dikenal. Kala itu, Satgas hanya membolehkan pelaksanaan PTM pada daerah dengan zona hijau dan dengan tahapan. Akan tetapi, pelaksanaan PTM di daerah ternyata tetap memicu kasus. Sejak meningkatnya kasus Covid -19 di Indonesia   kegiatan belajar hanya dilakukan secara  Daring , usia anak  tang seharusnya belum pantas untuk memegang hp  namun karena  situasi  secara terpaksa  harus menggunakan HP , namun apa akibatnya yang terjadi ?  anak  anak tidak lagi tumbuh dan berkembang  normal sebagaimana mestinya , perilaku sianak  tidak lagi  tumbuh dan berkembang layaknya anak -anak .disebabkan setiap hari banyak yang diperoleh infotmsi dan contoh perbuatan  yang ada di Gogel, apalagi bagi orang tua yang sibuk dan jarang mengatasi kegiatan  anaknya karena kesibukan orang tuanya.

Siti Hajir Guru Bahasa Inggis SMP 1  Kubung Kabupaten Solok  mengatakan  Dalam kegiatan belajar Siswa  kurang bersemangat dan  melaksankan belajar  mereka lebih tertarik akan  game online membuat siswa menjadi malas belajar. Mereka lebih suka menjelajahi dunia mayanya dengan berbagai informasi menarik yang disajikan kepada penggunadikatakan Siti Hajir apabila siswa  disuruh membaca buku  untuk mengerjakan tugas para siswa lebih cendrung  untuk mencari tugasnya melalui HP  ketimbang membaca buku, hal ini terlihat selama  1 semester  sejak diberlakukan belajar tatap muka  dari januari 2022, Hal ini bukan hal yang sepeleh namun persoalan besar bagi  Dunia Pendidikan  terutama  masa depan Generasi muda  di  Sumatera Barat .

Siti Hajir menjelaskan  ” Untuk mengatasi persoalan tersebut bukan harus dihadapi satu pihak saja tetapi Semua pihak harus ikut andil  untuk mengembalikan kebiasaan anak untuk menimbah ilmu dengan menanamkan kembali  kebiassaan membaca buku  pengetahuan dan buku pelajaran serta mengontrol arus informasi yang diterima siswa agar siswa bisa kembali menerima pendidikan dengan baik dan benar

Pihak pemerintah dan para orang tua harus menanggapi  dan mencarikan solusi terhadap generasi  yang  mempunyai minat untuk membaca buku pelajaran  terutama buku pengetahuan. (tisna)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini