Metro Padang – Sebanyak 15.232 warga yang terdampak banjir dan yang melakukan pengungsian di Kabupaten Pesisir Selatan, saat ini telah kembali ke rumah masing-masing.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pesisir Selatan, Doni Gusrizal, mengatakan kepada pesisirselatan.go.id Senin (20/12) bahwa banjir yang terjadi pada Jumat (17/12) hingga Sabtu (18/12) di daerah itu melanda 12 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada.
“Banjir yang diakibatkan oleh hujan deras yang terjadi selama dua hari di Pessel pada Jumat dan Sabtu lalu itu, telah mengakibatkan banjir di beberapa titik lokasi di 12 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada. Berdasarkan data yang didapatkan petugas, ada sebanyak 6.763 unit rumah yang terendam, dengan jumlah jiwa yang terdampak mencapai 15.232 orang. Karena banjir sudah mereda, sehingga semua warga yang terdampak itu sekarang telah kembali ke rumah masing-masing,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa rumah dan jiwa yang paling banyak terdampak akibat banjir itu adalah di Kecamatan Koto XI Tarusan, disusul oleh Batangkapas, Lengayang, Basa Ampek Balai Tapan, Ranah Ampek Hulu Tapan dan Kecamatan Silaut.
“Di Kecamatan Kecamatan Koto XI Tarusan warga yang terdampak sebanyak 3.948 jiwa. Sedangkan rumah yang terendam sebanyak 1.316 unit pula tersebar di 6 nagari. Diantaranya, Nagari Duku, Nagari Kapuah, Bantu Hampar Selatan, Nanggalo, Ampang Pulai dan Nagari Carocok Anau,” jelasnya.
Selanjutnya Kecamatan Batangkapas, sebanyak 2.256 jiwa terdampak dan rumah warga yang terendam sebanyak 564 unit rumah pula. Satu nagari yang terdampak banjir di kecamatan itu adalah Nagari Ampek Koto Hilie.
Setelah itu Kecamatan Lengayang sebanyak 4.660 orang terdampak dan rumah yang terendam sekitar 1.298 unit rumah pula.
“Di Kecamatan Lengayang nagari terparah itu adalah Nagari Lakitan Tengah. Sebab sebanyak 1.328 jiwa terdampak dan 332 rumah terendam di nagari itu. Selebihnya di Nagari Kambang, Nagari Kambang Utara, Lakitan Selatan, dan Nagari Lakitan Timur,” ucapnya.
Selanjutnya Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, 632 jiwa terdampak dan 180 rumah terendam. Mereka itu tersebar di Nagari Tapan, dan di Nagari Koto Anau Tapan. Dan di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan sebanyak 1.000 jiwa, dan 479 unit rumah pula yang terendam, yakni di Nagari Binjai dan Nagari Koto Tangah Tapan.
Terakhir terparah itu di Kecamatan Silaut, sebab rata-rata seluruh nagari terpendam banjir, sebanyak 1.732 jiwa terdampak dan 289 rumah terendam. Untuk kecamatan lainnya seperti, Kecamatan Sutera, yang terdampak hanya sebanyak 103 jiwa dan 23 unit rumah. Kecamatan Lunang 520 jiwa, rumah yang terendam 30 unit di Nagari Lunang dan Nagari Lunang Tiga.
“Kalau kecamatan IV Jurai satu kampung di Nagari Lumpo terdampak sebanyak 160 jiwa dan 40 unit rumah terendam, Ranah Pesisir, Pancung Soal tidak terlalu parah,” tuturnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa banjir yang terjadi pada 12 kecamatan itu walau tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerugian yang dialami oleh warga mencapai Rp 150 juta . Kerugian itu diakibatkan karena terdata 202 hektare lahan pertanian tanaman padi dan jagung masyarakat mengalami gagal panen.
“Di Nagari Kampung Tangah Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, terdapat seluas 20 hektare lahan padi dan jagung milik warga menjadi gagal panen. Hal itu juga terjadi di Nagari Binjai Tapan, dimana seluas 10 hektare lahan padi dan jagung juga mengalami gagal panen dan beberapa nagari lainnya. Selain itu warga juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, sebab tanggul penampung jaringan PDAM juga rusak akibat diterjang banjir sepanjang 100 meter,” tutupnya. (mp)