Pesisir Selatan Masuk Daerah Menarik Perhatian Investor

0
921
Metro Padang | Tim peneliti ekonomi dan kajian P2EB FEB dari Universitas Gajah Mada (UGM) mengungkapkan, kalau Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, tergolong daerah yang menarik perhatian bagi investor.
“Pessel, menjadi daerah yang menarik perhatian investor, terutama investor – investor baru, untuk masuk dan berinvestasi ke sini,” ucap Amirullah Setya Hardi, Peneliti P2EB FEB dari Universitas Gajah Mada (UGM), di Painan, Rabu.
Perihal ini senang, dalam keterangan resmi (jumpa pers), bersama Sekda Pessel Mawardi Roska, Kepala Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Hellen Hasmeita, dan Kadis Kominfo mewakili Kabid Informasi dan Komunikasi Publik, Wildan.
Amirullah menerangkan, ini (kajian dan penelitian ekonomi) merupakan kegiatan yang dilakukan bersama jajaran/instansi terkait dari pemkab.
“Intinya adalah mencoba, untuk memberikan satu gambaran gambaran, dan analisis, terkait ekonomi makro di Kabupaten Pessel,” ujarnya.
Selama 12 tahun terakhir (2010 – 2022), menambahkan, secara keseluruhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) itu adalah nilai akhir pengadaan barang dan jasa, yang menghasilkan penduduk selama setahun.
“Kalau kita lihat dari 2010 – 2022, trendnya meningkat,” ucapnya.
Sebagai gambaran, PDRB 2010 kira-kira di angka Rp 5,9 – 6 triliun, meningkat menjadi hampir Rp 9 – 10 triliun di tahun 2022.
Ini merupakan suatu hal yang cukup menarik, dan penting untuk mendapat perhatian bagi semua kalangan.
Hal lain yang perlu disampaikan adalah, covid yang kemarin terjadi memang dirasakan oleh semua orang, termasuk Kabupaten Pessel.
Tapi, yang paling menarik adalah, adanya recovery (pemulihan) yang relatif cepat di kawasan ini.
“Ini sangat terbantu oleh dukungan ekonomi yang ada di sini, yang memang lebih dari 30% disumbangkan oleh sektor pertanian,” ujarnya.
Kabupaten Ini Berkembang
Di sektor pertanian, hampir semuanya merata. Baik ketahanan pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan memberikan perlindungan yang cukup bagus.
“Catatan kami, ada sekitar 36% kontribusi dari sektor pertanian di tahun 2022,” ucap Amirullah.
Kemudian, hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa sudah mulai ada pergeseran (pergeseran) atau perubahan sektor.
Kalau kita lihat, dari tahun 2010 sektor pertanian itu kontribusinya kira-kira kira-kira 41 % . Tapi secara lambat laun, dia menurun sampai di angka 36% di tahun 2022.
Artinya apa, ketika kontribusinya menurun, berarti kontribusi yang diberikan sektor pertanian itu tidak lagi seperti dulu.
Nah, tentunya ini suatu hal yang harus diantisipasi, karena begitu ada pergeseran sektoral, biasanya kita mencari sektor mana yang memberikan peningkatan kontribusi bagi perekonomian.
Dan, kalau kita lihat di sini, ada dua. Pertama; adalah perdagangan yang kalau kita lihat angka di tahun 2010, kontribusinya 11 % , dan di tahun 2022 meningkat menjadi 13 %.
Artinya pertanian mulai menurun (menurun), kemudian sektor perdagangan meningkat.
Selain itu, jika dilihat dari kegiatan konstruksi sektor ini, kontribusinya juga tidak kecil , meskipun agak relatif stabil tetapi ada peningkatan di sana.
Sumbangan sektor konstruksi di tahun 2010 mencapai 8,7 %, kemudian meningkat menjadi hampir 10 % di 2019 – 2022.
“Artinya, Kabupaten ini Berkembang,” papar Amirullah.
Kontribusi Sektor AP Turun
Kontruksi itu menjadi salah satu indikasi adanya minat dan daya tarik bagi pelaku ekonomi datang ke sini , ini saya kira satu hal.
Ada beberapa pilar penting dalam pembangunan ekonomi di Pessel.
Yakni: sektor pertanian, perdagangan, konstruksi, dan satu lagi yang paling penting adalah adanya kontribusi yang tidak kecil dari pemerintah.
Melalui anggaran pendapatan dan belanjanya, rupanya juga berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Pessel.
Meskipun demikian, kontribusi dari sektor Administrasi Pemerintahan (AP) itu menurun.
“Ini menarik, kalau kita melihat kontribusinya yang menurun itu, artinya perekonomian ini tidak lagi bergantung pada pengeluaran pemerintah,” jelasnya.
Jadi bisa dibayangkan kalau sebuah area kalau kontribusi sektor pemerintahnya tinggi, itu artinya peran pemerintah itu yang menjadi penggerak ekonomi di sana.
“Nah, ini (Pessel) tidak,” jelasnya.
Ini mulai menurun, kemudian ada peningkatan di sektor perdagangan, konstruksi, tapi tadi ada penurunan di sektor pertanian.
“Jadi saya kira ke depan, Kabupaten Pessel sudah mulai ada perubahan menuju ke masyarakat yang mungkin sebagian jamak,” terang Amirullah.
Konsumsi meningkat
Kalau tadi bicara di sisi sektoral lapangan usaha, ternyata ada catatan lain juga dari kami
Bahwa, Perekonomian di kabupaten Pessel sejak 2010 – 2022 itu dengan proporsi 50 – 60 % itu didukung oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga,.
Bisa dibayangkan bahwa ekonomi itu, digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakatnya sendiri.
Artinya produksi dari kita nanti nanti juga dikonsumsi sendiri oleh masyarakat. Dan, ini adalah hal yang cukup penting.
Yang terpenting lagi, adalah kegiatan ekonomi masyarakat yang tidak ditopang oleh barang yang berasal dari tempat lain.
Buktinya apa, Net Ekspor barang dan jasa itu sejak tahun 2011 itu positif
Positifnya disini juga harus dipahami positifnya menurun. Apa artinya: barang yang dijual, lebih besar dari barang yang dibeli dari luar untuk di sini.
“Ekspor dan Import ya, tapi antar daerah,” ujar Amirullah.
Nah, yang dicatat di sini adalah tahun 2011, net ekspor barang dan jasa, itu mencapai kira – kira Rp 3,4 Triliun.
“Jadi bisa dibayangkan, dikonsumsi, kemudian dijual keluar, itu hebatnya,” ucapnya.
Kemudian konsumsinya semakin meningkat, dari Rp 3,4 Triliun di tahun 2010, menjadi Rp 4,8 Triliun pada tahun 2020.
“Konsumsi meningkat dan di sini net ekspornya masih positif. Hanya saja net ekspor itu turun dari Rp 3,4 Triliun, sekarang hanya diangka Rp 723 Miliar,” beber dia.
Artinya apa, ada kemungkinan meskipun masih positif di dalam melakukan perdagangan antar wilayah, tapi selisih itu semakin lama semakin kecil.
Nah dugaannya adalah; karena kemungkinan ada konsumsi yang tinggi tadi. konsumsi yang tinggi itu, juga biasanya dicerminkan dari daya beli yang semakin tinggi.
“Tadi kita fokusnya di pertanian , seharusnya ada namanya NTP (Nilai Tukar Petani). Nah ini kalau kita lihat NTP nya tinggi, berarti kesejahteraan itu sampai ke level petani, tidak hanya di level masyarakat yang lain,” ujar Amirullah.
Pembentukan Modal Tetap
Kemudian satu lagi yang paling penting: pembentukan modal tetap.
Itu adalah indikasi investasi , angka ini meningkat dari Rp 1,7 Triliun menjadi Rp 2,8 Triliun.
“Artinya: Kabupaten Pessel menjadi daerah yang menarik perhatian bagi investor – investor baru untuk masuk ke sini,” jelas Amirullah. (mp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini