metropadang.com – Sudah sepekan banjir dan banjir bandang menghajar sebagian wilayah Sumatera Barat, khususnya Kota Padang. Sejak Kamis (27/11/2025), air bah datang seperti tamu tak diundang, meninggalkan lumpur, puing-puing, dan kisah kehilangan yang sulit ditakar. Di tengah ketakutan masyarakat yang masih menyusun ulang kehidupan, Universitas Negeri Padang (UNP) terus mengirimkan bantuan hampir setiap hari. Gerakan UNP Peduli Banjir berjalan sejak hari pertama musibah dan masih berlanjut hingga hari ini, Kamis (4/12/2025), memastikan donasi sivitas akademika tersampaikan kepada penyuntas .
Pada Kamis siang itu, Rektor UNP, Krismadinata Ph.D didampingi Dekan Fakultas Ekonomi Prof. Perengki Susanto, SE, M.Sc Ph.D serta Direktur Umum dan Keuangan Upita Yeniza M.Pd . dan tim kembali turun ke lokasi terdampak di Lubuk Minturun . Rombongan tidak hanya membawa paket logistik, tetapi juga menyapa para korban yang kehilangan tempat tinggal. Tak hanya itu kegiatan ini juga membawakan kisah yang menyayat hati dari para korban.
Salah satunya hadir dari Pebrina Silfia, mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2021. Tak hanya kehilangan rumah, ia juga kehilangan ‘rumah’ tempat mengadu yaitu sang ibu. Saat bertemu Rektor, Pebrina berurai air mata, suara seraknya menceritakan kisahnya seperti menyimpan beban yang tak pernah ia bayangkan akan ditanggung di usia semuda ini.
Kamis pagi itu sekitar pukul enam, Pebrina mendapat kabar bahwa air sungai di belakang rumah mulai naik. Ia bersama ibu dan abang laki-lakinya menggali keluar untuk menyelamatkan diri. Namun derasnya banjir datang dengan cepat. “Awalnya air tiba-tiba datang pak, kemudian bagian belakang rumah dulu yang hanyut Pak, lalu pada saat kami menyampaikan bagian samping rumah dihantam air, tiba-tiba roboh,” ucapnya terbata .
Gelombang pertama menyeret mereka bertiga hingga tersangkut di pohon kelapa di tepian arus. Yang ketiga berpelukan memegang pohon kelapa itu, lalu gelombang lebih besar menerjang lagi, memisahkan mereka seketika. Pebrina terseret lebih jauh, sebelum tubuhnya terlempar ke sebuah atap rumah warga. Dengan sisa tenaga, ia menyalakan dan bertahan sambil menyambung. Saat udara mulai surut perlahan, ia turun dan menyelamatkan diri dari arus.
Abangnya ditemukan selamat. Namun sang ibu, Mardalena, belum ditemukan hingga kini. Duka itu semakin dalam karena sejak kecil Pebrina telah kehilangan ayah. Kini, bencana kembali merampas tempatnya pulang. Semua perlengkapan kuliah, pakaian, dan buku hilang disapu banjir. Yang melekat hanya pakaian di badan dan sebuah ponsel yang berhasil ia selamatkan dalam sebuah tas saat terombang-ambing. Sejak kejadian, Pebrina tinggal di rumah pamannya, didampingi bibi yang turut hadir saat ia menyampaikan kisah tersebut kepada Rektor.
Hingga hari ketujuh pascabencana , UNP Peduli terus bergerak ke berbagai titik, mengantarkan sembako, pakaian layak pakai, perlengkapan bayi, air bersih, hingga obat-obatan. Setiap kunjungan membawa kepedulian, bukan hanya paket bantuan, tetapi juga pelukan moral bagi mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. ( Ags Utr /Humas UNP)
#SDGs1 #TanpaKemiskinan #SDGs3 #KesehatanDanKesejahteraanYangBaik #SDGs4 #PendidikanBermutu #SDGs17 #KemitraanUntukTujuan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini