metropadang.com – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) terus memperkuat komitmennya dalam menciptakan sekolah berbudaya lingkungan atau Sekolah Adiwiyata. Upaya ini kini ditempuh dengan pendekatan kolaboratif, yakni menggandeng dunia usaha melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Langkah strategis tersebut digagas oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sumbar, Andi Irawan sebagai terobosan untuk mempercepat peningkatan jumlah Sekolah Adiwiyata di Sumbar, sesuai dengan target nasional yang ditetapkan pemerintah pusat.
Berdasarkan data DLH Provinsi Sumbar, dari total 763 SMA/SMK/MA di Sumbar, baru 15 sekolah meraih kategori Adiwiyata Provinsi, 8 sekolah kategori Adiwiyata Nasional, dan 2 sekolah berstatus Adiwiyata Mandiri sejak 2021 hingga 2024.
Padahal, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menargetkan minimal 20 persen sekolah di setiap provinsi telah berpredikat Adiwiyata pada tahun 2030. Oleh karena itu, Pemprov Sumbar perlu menyiapkan langkah strategis untuk memenuhi target tersebut.
“Saat ini baru sekitar empat persen sekolah menengah di Sumbar yang berpredikat Adiwiyata. Karena itu, kita perlu langkah-langkah kreatif dan kolaboratif agar bisa mengejar target yang telah ditetapkan,” ujar Sekretaris DLH Provinsi Sumbar, Andi Irawan di Padang, Jumat (24/10/2025).
Andi menjelaskan, Sekolah Adiwiyata bukan sekadar sekolah yang hijau dan bersih, tetapi juga sekolah yang warganya memiliki kesadaran serta perilaku peduli lingkungan. Pengelolaan sampah, sanitasi, air bersih, serta penghijauan menjadi bagian dari pembelajaran sehari-hari untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Untuk mempercepat realisasi program ini, DLH Provinsi Sumbar menjalin kolaborasi dengan dunia usaha. Pada tahap awal, telah dilakukan penjajakan kerja sama dengan PT Semen Padang dan PT Tirta Investama (AQUA) melalui pemanfaatan program TJSL.
“Alhamdulillah, rencana ini mendapat sambutan positif dari dunia usaha. Insya Allah dalam waktu dekat kita akan melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Semen Padang dan PT Tirta Investama,” ungkap Andi.
Melalui kerja sama ini, kedua perusahaan akan bertindak sebagai “Bapak Angkat” bagi sejumlah sekolah binaan dengan memberikan dukungan berupa peningkatan sarana-prasarana, pelatihan bagi warga sekolah, serta penguatan kapasitas pengelolaan lingkungan.
Pada tahap awal, sekolah binaan yang dipilih antara lain SMA dan SMK Semen Padang serta SMKN 2 Gunung Talang, Kabupaten Solok.
“Kita berharap, melalui pendampingan ini, setiap warga sekolah tidak hanya mampu menerapkan prinsip Adiwiyata di lingkungannya, tetapi juga menjadi agen perubahan yang menularkan kebiasaan baik ke masyarakat sekitar,” tambahnya.
Menurut Andi, program ini memberikan manfaat timbal balik bagi semua pihak. Sekolah terbantu dalam pengelolaan lingkungan tanpa membebani APBD, sementara perusahaan mendapatkan penguatan citra positif sebagai pelaku usaha yang peduli terhadap pendidikan dan lingkungan hidup.
“Ini bentuk simbiosis mutualisme yang sehat. Dunia usaha memperoleh nilai tambah dari sisi reputasi, sementara pemerintah terbantu dalam percepatan program prioritas lingkungan. Pendayagunaan TJSL pun menjadi lebih terarah dan selaras dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan daerah,” jelasnya.
Inovasi ini sekaligus menjadi Proyek Perubahan yang diusung Andi Irawan dalam Diklat PKN II yang tengah diikutinya di BPSDM Provinsi Sumbar. Proyek tersebut bertajuk “GREEN SCHOOL, STRONG FUTURE: Transformasi Pendidikan Lingkungan untuk Sumatera Barat Bebas Sampah.”
Proyek perubahan ini berfokus pada strategi percepatan pencapaian predikat Sekolah Adiwiyata di Sumbar melalui skema kolaborasi lintas sektor.
“Kita ingin sekolah di Sumbar tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga tangguh menghadapi tantangan lingkungan. Dari sekolah hijau, lahir generasi hijau yang siap menjaga bumi,” tutup Andi Irawan. (adpsb/bud)