Oleh: Fhabima Rahmatul Rizqa Insani (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas)
Di pinggir jalan raya Cupak, persis di seberang gerbang SMAN 1 Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sebuah warung makan sederhana telah menjadi ikon kuliner lokal selama lebih dari satu dekade. Warung ini dikelola oleh Saepudin, seorang perantau asal Sunda, yang konsisten menyajikan bakso, mi ayam, dan yang paling laris, ialah Ayam Geprek SOS. Dimulai sejak 2011 dengan menu bakso dan mi ayam, warungnya berkembang pesat dengan menambahkan ayam geprek pada 2013, menjadikannya kisah sukses kuliner yang berakar pada konsistensi dan dedikasi, bahkan mampu membiayai pendidikan anak hingga jenjang perkuliahan.
Perjalanan Kuliner Saepudin: Dari Bakso ke Geprek SOS
Kisah Bapak Saepudin adalah contoh nyata keberanian seorang perantau, karena keputusannya untuk membuka usaha kuliner di Cupak pada 2011 dimulai dengan modal awal berupa menu yang cukup umum yakni, bakso dan mi ayam. Namun, melihat tren kuliner yang berkembang, ia berinovasi pada tahun 2013 dengan menghadirkan ayam geprek, sebuah hidangan yang saat itu mulai populer di berbagai daerah. Nama “SOS” pada Ayam Geprek-nya pun memiliki makna mendalam, tidak hanya terinspirasi dari nama sang istri, Asan Sosmita, tetapi juga sebagai akronim yang mudah diingat: “Saya Orang Sunda” atau “Semua Orang Suka,” yang merefleksikan identitasnya dan harapannya agar masakannya diterima oleh semua kalangan.
Tantangan Merantau dan Imbalan Pendidikan
Merintis usaha di tanah rantau bukanlah perkara mudah, tantangan terberat yang dihadapi Saepudin pada awal-awal usahanya adalah kewalahan menghadapi segala proses sendirian, jauh dari dukungan keluarga besar. Kondisi ini menuntutnya untuk bekerja keras dan cerdas dalam mengelola usahanya, sehingga jerih payah dan keringat yang dicurahkannya berbuah manis. Hasil usahanya ini bukan hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk hal yang paling penting baginya yaitu menyekolahkan anak hingga mampu mengakses pendidikan di jenjang perkuliahan.
Konsistensi Resep: Kunci Keberhasilan Selama 14 Tahun
Kunci utama yang membuat usaha Saepudin tetap bertahan dan ramai selama 14 tahun sejak 2011 adalah filosofi bisnis yang sederhana namun teguh, yaitu mengutamakan rasa dan jangan pernah mengubah resep hanya karena usaha sudah ramai. Untuk memastikan konsistensi ini, ia menerapkan standar ketat dalam proses memasak yaitu menimbang setiap bahan yang digunakan, memiliki patokan takaran yang harus sama rata di setiap penyajiannya. Pendekatan metrologis ini menghilangkan faktor “kira-kira” dalam memasak, memastikan bahwa Bakso, Mi Ayam, maupun Ayam Geprek SOS yang disajikan hari ini memiliki kualitas rasa yang identik dengan yang disajikan 10 tahun lalu.
Kegigihan Berbisnis di Masa Pandemi
Pada saat pandemi Covid-19, menariknya, di saat banyaknya usaha kuliner lain yang terpuruk atau harus berjuang keras untuk bertahan, warung Ayam Geprek SOS dan Bakso Saepudin justru semakin ramai. Hal ini menggarisbawahi daya tarik yang kuat dari produknya dan kemungkinan besar didukung oleh lokasinya yang strategis serta reputasi rasa yang sudah terbangun lama di kalangan masyarakat setempat dan pelajar SMAN 1 Gunung Talang. Kualitas rasa yang konsisten, harga terjangkau, dan reputasi yang baik menjadi faktor penting yang membuat warungnya tahan banting terhadap guncangan ekonomi, menunjukkan bahwa dedikasi pada kualitas adalah investasi terbaik.
Warung Geprek SOS: Lebih dari Sekadar Makanan
Hari ini, warung Saepudin di Cupak tidak hanya dikenal sebagai tempat makan yang menjual perpaduan unik antara hidangan bakso dan mi ayam yang berdampingan dengan ayam geprek, tetapi juga sebagai bukti bahwa ketekunan, konsistensi, dan dedikasi terhadap keluarga dapat menghasilkan keberhasilan. Warung ini membuktikan bahwa meskipun seseorang harus merantau dan menghadapi banyak kesulitan di awal, komitmen terhadap kualitas produk “timbang setiap bahan ada patokan dan sama rata” adalah resep rahasia untuk umur panjang bisnis. Warung ini buka setiap hari dan terus melayani pelanggan yang datang silih berganti, membuktikan bahwa filosofi bisnis Saepudin untuk tidak mengubah resep yang sudah terbukti enak adalah strategi pemasaran terbaik.
Kesimpulan dan Warisan Rasa
Kisah Saepudin dengan Ayam Geprek SOS dan Baksonya di Cupak, di seberang SMAN 1 Gunung Talang, adalah narasi tentang bagaimana konsistensi rasa mampu menciptakan warisan. Dimulai sebagai pedagang bakso dan mi ayam pada 2011, dan kemudian berinovasi dengan ayam geprek pada 2013, ia telah memelihara bisnisnya selama 14 tahun dengan prinsip tidak pernah mengubah resep demi menjaga kualitas. Nama SOS, yang merupakan akronim dari nama sang istri dan filosofi “Semua Orang Suka,” kini menjadi penanda kuliner yang ikonik dan teruji waktu di Kabupaten Solok. (mp)