putri aisyah
iklan

Oleh: Vanessa Maharani (Mahasiswa FEB Universitas Andalas)
Padang, 5 Oktober 2022

“Tempat parkir ini tidak selalu ramai dikunjungi, hanya pada pagi hari saja. Sedangkan untuk siang hingga malamnya parkiran sepi.” ungkap Pak Ricky Rahmat selaku Komandor tempat parkir daerah Harum Manis menjelaskan tentang kondisi parkir di Jalan Nipah tersebut.

Lokasi parkiran ini padahal terletak di dekat tepi laut (Taplau), namun daerah tersebut tetap saja belum banyak digemari oleh pengunjung maupun wisatawan. Parkiran jalan Nipah sendiri tersebar disepanjang daerah Nipah tersebut. Ada sedikit hal khusus dari tempat parkir ini, untuk 3 lapak parkiran mobil diambil alih pengelolaannya oleh PT Mitsubishi.

Lapak tersebut digunakan untuk parkiran kantor dan para pekerja dari PT Mitsubishi. Sehingga lahan parkir yang tersedia tidak sepenuhnya dikelola oleh Pak Ricky Rahmat.

Walaupun pengelolaan tersebut dapat berjalan dengan baik, belum berarti dalam pelaksanaannya sebaik yang dikatakan.

Setelah ditelurusi lebih lanjut banyak hal-hal yang menjadi permasalahan utama dari tempat parkir jalan Nipah. Belum lagi ada juga beban yang diberikan pemerintah kepada petugas yang mengelola tempat parkir, sehingga banyak sekali kekhawatiran dan masalah yang timbul dari penjelasan Pak Ricky Rahmat.

Pertama, keadaan dan kegiatan ramai pengunjung di daerah jalan Nipah ini biasanya hanya ramai pada saat pagi hari dikarenakan daerah tersebut menyediakan tempat sarapan pagi. Setelah memasuki waktu siang keadaan sepi mulai terjadi hingga malamnya. Tempat parkir tersebut terlihat ramai disebabkan oleh parkir kendaraan-kendaraan karyawan yang bekerja disana.

Kedua, sedikitnya tempat family gathering, kafe, tempat makan maupun tempat nongkrong anak muda.

Daerah ini hanya memiliki sedikit tempat bersantai dan lebih banyak didominasi oleh kegiatan komersil saja,  seperti toko-toko alat elektronik baru maupun bekas, apotik, dan bank.

Alasan-alasan tersebutlah yang menyebabkan tempat parkir ini tidak banyak diminati oleh para pengunjung maupun wisatawan.

Ketiga, kekhawatiran Pak Ricky soal kebijakan pemerintah untuk menaikkan kontribusi parkir yang harus disetorkan pada bulan Oktober ini.

Sepinya parkiran ini membuat penghasilan yang didapatkan Pak Rahmat per harinya tidak selalu tetap, “Biasanya untuk waktu pagi sampai siang, saya bisa dapat sekitar 150 ribu hingga 250 ribu karena kegiatan banyak berlangsung dipagi harikan.” ujar Pak Rahmat.

Namun, pendapatan yang didapat dari siang hingga malam cukup berbeda dengan pendapatan pada pagi hari “Kalau siang hingga malam sih biasanya rekan saya cuma dapat 100 hingga 150 ribu saja.”. Belum lagi jika terjadi hujan. Bisa saja hari itu Pak Ricky mendapatkan 50 ribu saja.

Tak berhenti disana saja, pemerintah yang awalnya memberikan keringanan pasca pandemi COVID-19 pun kini juga mendesak Pak Ricky untuk membayar angsuran setoran parkir.

Awalnya selama pandemi pemerintah memutuskan tidak memungut biaya setoran tempat parkir di jalan Nipah.

“Tempat parkir ini tidak selalu ramai dikunjungi, hanya pada pagi hari saja. Sedangkan untuk siang hingga malamnya parkiran sepi.” ungkap Pak Ricky Rahmat selaku Komandor tempat parkir daerah Harum Manis menjelaskan tentang kondisi parkir di Jalan Nipah tersebut.

Lokasi parkiran ini padahal terletak di dekat tepi laut (Taplau), namun daerah tersebut tetap saja belum banyak digemari oleh pengunjung maupun wisatawan. Parkiran jalan Nipah sendiri tersebar disepanjang daerah Nipah tersebut.

Ada sedikit hal khusus dari tempat parkir ini, untuk 3 lapak parkiran mobil diambil alih pengelolaannya oleh PT Mitsubishi. Lapak tersebut digunakan untuk parkiran kantor dan para pekerja dari PT Mitsubishi. Sehingga lahan parkir yang tersedia tidak sepenuhnya dikelola oleh Pak Ricky Rahmat.

Walaupun pengelolaan tersebut dapat berjalan dengan baik, belum berarti dalam pelaksanaannya sebaik yang dikatakan. Setelah ditelurusi lebih lanjut banyak hal-hal yang menjadi permasalahan utama dari tempat parkir jalan Nipah. Belum lagi ada juga beban yang diberikan pemerintah kepada petugas yang mengelola tempat parkir, sehingga banyak sekali kekhawatiran dan masalah yang timbul dari penjelasan Pak Ricky Rahmat.

Pertama, keadaan dan kegiatan ramai pengunjung di daerah jalan Nipah ini biasanya hanya ramai pada saat pagi hari dikarenakan daerah tersebut menyediakan tempat sarapan pagi. Setelah memasuki waktu siang keadaan sepi mulai terjadi hingga malamnya. Tempat parkir tersebut terlihat ramai disebabkan oleh parkir kendaraan-kendaraan karyawan yang bekerja disana.

Kedua, sedikitnya tempat family gathering, kafe, tempat makan maupun tempat nongkrong anak muda. Daerah ini hanya memiliki sedikit tempat bersantai dan lebih banyak didominasi oleh kegiatan komersil saja,  seperti toko-toko alat elektronik baru maupun bekas, apotik, dan bank. Alasan-alasan tersebutlah yang menyebabkan tempat parkir ini tidak banyak diminati oleh para pengunjung maupun wisatawan.

Ketiga, kekhawatiran Pak Ricky soal kebijakan pemerintah untuk menaikkan kontribusi parkir yang harus disetorkan pada bulan Oktober ini. Sepinya parkiran ini membuat penghasilan yang didapatkan Pak Rahmat per harinya tidak selalu tetap, “Biasanya untuk waktu pagi sampai siang, saya bisa dapat sekitar 150 ribu hingga 250 ribu karena kegiatan banyak berlangsung dipagi harikan.” ujar Pak Rahmat.

Namun, pendapatan yang didapat dari siang hingga malam cukup berbeda dengan pendapatan pada pagi hari “Kalau siang hingga malam sih biasanya rekan saya cuma dapat 100 hingga 150 ribu saja.”. Belum lagi jika terjadi hujan. Bisa saja hari itu Pak Ricky mendapatkan 50 ribu saja.

Tak berhenti disana saja, pemerintah yang awalnya memberikan keringanan pasca pandemi COVID-19 pun kini juga mendesak Pak Ricky untuk membayar angsuran setoran parkir. Awalnya selama pandemi pemerintah memutuskan tidak memungut biaya setoran tempat parkir di jalan Nipah.

Namun, setelah mulai pulihnya kondisi Indonesia sekarang, Pak Ricky tiba-tiba mendapatkan surat resmi dari pemerintah untuk membayar angsuran penyetoran parkir sebanyak Rp. 8.000.000 dan angsuran tersebut harus di bayar perbulannya dari gaji yang diterima Pak Ricky, “Angsuran setoran parkir tersebut dibayarkan dari gaji saya setiap bulannya sebesar 100 ribu.” tak lupa Pak Ricky juga menunjukkan surat resmi dari pemerintah tersebut.

Kemudian, kewajiban menggunakan rompi parkir sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Pembelian rompi ini diserahkan sepenuhnya kepada para petugas untuk dibeli secara pribadi. Seharusnya bisa saja pemerintah menyediakan rompi ini, dihitung hanya 2 petugas yang bekerja di tempat Parkir jalan Nipah ini.

Namun, setelah mulai pulihnya kondisi Indonesia sekarang, Pak Ricky tiba-tiba mendapatkan surat resmi dari pemerintah untuk membayar angsuran penyetoran parkir sebanyak Rp. 8.000.000 dan angsuran tersebut harus di bayar perbulannya dari gaji yang diterima Pak Ricky, “Angsuran setoran parkir tersebut dibayarkan dari gaji saya setiap bulannya sebesar 100 ribu.” tak lupa Pak Ricky juga menunjukkan surat resmi dari pemerintah tersebut.

Kemudian, kewajiban menggunakan rompi parkir sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah.

Pembelian rompi ini diserahkan sepenuhnya kepada para petugas untuk dibeli secara pribadi.

Seharusnya bisa saja pemerintah menyediakan rompi ini, dihitung hanya 2 petugas yang bekerja di tempat Parkir jalan Nipah ini. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini