Pengembangan Perilaku Kerja Inovatif pada Pekerja Wanita di Sumatera Barat

0
473
iklan

Oleh:   Ranny Fitriana Faisal, BPM, MHR

Metro Padang.com – Kesenjangan gender menjadi hal yang sudah seringkali terjadi dalam dunia kerja. Berdasarkan laporan kesenjangan gender yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF) pada tahun 2020, Indonesia menempati peringkat ke 85 dalam hal kesenjangan gender. Penyumbang kesenjangan terbesar adalah pada indikator kesempatan dan partisipasi ekonomi sebesar 58%, disusul pemberdayaan politik sebesar 25% (Rizaty, 2021). Kesenjangan kesempatan dan partisipasi ekonomi yang biasanya dialami oleh wanita misalnya mereka melakukan pekerjaan dengan beban yang sama dengan laki-laki tetapi tidak mendapatkan peluang karir yang sama dalam hal penempatan dan promosi jabatan. Kondisi itu biasanya sangat dikaitkan dengan alasan-alasan kewanitaan seperti melahirkan, tanggung jawab terhadap keluarga dan sebagainya.

Walaupun banyaknya hambatan-hambatan yang dialami oleh wanita pada saat bekerja, keterlibatan wanita dalam dunia pekerjaan sudah mulai diperhitungkan dan tidak menjadi penghalang bagi pekerja wanita khususnya di Sumatera Barat untuk menempati posisi yang cukup baik di dalam dunia kerja. Hal ini dibuktikan keterlibatan tenaga kerja wanita sebagai tenaga profesional di Sumatra Barat menjadi yang tertinggi pada tahun 2020. Badan Pusat Statistik menyatakan tenaga profesional wanita mengisi sebanyak 58,97% lapangan pekerjaan di Sumatra Barat (BPS, 2020). Hal ini dapat diartikan bahwa secara bertahap pemberdayaan gender di Indonesia mengalami kemajuan dan wanita mulai mendapatkan tempat dalam dunia pekerjaan setara dengan pekerja laki-laki.

Penyetaraan gender di Sumatera Barat ini dapat juga disebabkan oleh pengaplikasian budaya Minangkabau-nya yang sangat menghargai peran wanita dalam kehidupan. Pandangan matrilineal yang dianut oleh budaya Minangkabau, menyebabkan wanita mendapatkan peran yang cukup penting dalam kegiatan sehari-hari. Adat dan masyarakat Minangkabau memberikan beberapa keistimewaan untuk wanita dan menjunjung tinggi kemuliaan dan kehormatan serta martabat Wanita tersebut sehingga menempatkan peran wanita dalam posisi yang lebih tinggi.

Pandangan masyarakat terhadap budaya yang dipakai di Minangkabau sangat berpengaruh pada pola kehidupan wanita yang ada di Sumatera Barat. Budaya sangat mempengaruhi perilaku kerja karyawan terutama dalam meningkatkan pengembangan inovasi organisasi yang dapat menunjang dan mempertahankan keunggulan dalam persaingan. Untuk meningkatkan inovasi, organisasi perlu memotivasi karyawan untuk terlibat dalam perilaku kerja yang inovatif. Perilaku kerja yang inovatif mengacu pada bagaimana pekerja berinisiasi, melakukan pengembangan, merealisasikan dan implementasi ide baru yang dapat meningkatkan produk, layanan, proses, dan metode kerja. Perilaku kerja yang inovatif merupakan perilaku yang kompleks karena tidak mudah untuk menghasilkan ide-ide yang praktis, baru, proaktif, realistis, dan layak untuk dipakai. Selain itu, ketidakpastian, risiko, dan penolakan dari anggota organisasi semakin menambah kompleksitas proses inovatif.

Ng dan kawan-kawan, berpendapat bahwa tenaga kerja yang beragam dapat menciptakan fleksibilitas dalam pengembangan ide karena pemikiran yang berbeda dan pandangan yang beragam serta unik. Untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh keragaman budaya di tempat kerja, karyawan harus terbuka untuk berinteraksi dengan rekan kerja yang berasal dari budaya yang berbeda, dan mereka harus memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang baik dengan orang-orang yang berbeda dari mereka.

Walaupun berdasarkan konsep teori dinyatakan bahwa budaya sangat berpengaruh kuat di dalam pembentukan perilaku kerja inovatif organisasi, namun dari data yang di analisis pada penelitian tim peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas, yang mengambil responden adalah pekerja wanita yang bekerja di kota-kota yang ada di Sumatera Barat, hubungan langsung antar variabel ini didapati bahwa tidak berpengaruh signifikan. Artinya pengaruh budaya sangat kecil pada pembentukan perilaku kerja inovatif di organisasi-organisasi tempat wanita bekerja tersebut.

Implikasi dari hasil penelitian mendapatkan bahwa dalam pembentukan perilaku kerja inovatif, organisasi harus menekankan variabel-variabel lain yang menjembatani pembentukan perilaku tersebut., yaitu dengan meningkatkan kepercayaan interpersonal dan keterlibatan kerja.Dengan peningkatan kepercayaan interpersonal antar pekerja yang ada dalam organisasi koordinasi dan komunikasi yang baik akan lebih mudah diwujudkan. Selain kepercayaan interpersonal, dengan adanya keterlibatan kerja dari masing-masing individu tersebut akhirnya akan berdampak pada kebanggaan, kesenangan, dan fokus seseorang dalam melakukan pekerjaan. Sehingga perilaku kerja inovatif dapat diwujudkan dengan baik di organisasi yang mempekerjakan wanita di kota-kota Sumatera Barat. (PT)

Penulis 
Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis,                                   Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini