Metro Padang – Pusat Studi Perempuan Universitas Paramadina (Paramadina Women Institute) atau yang di kenal dengan POINT mengadakan Webinar mengangkat tema Refleksi tentang Perempuan dan Kesehatan Mental: “Menghadapi Tantangan Perekonomian dan Arus Informasi” (20/04).
Seminar dalam rangka menyambut Hari Kartini ini bertujuan sebagai ruang diskusi mengenai apa yang terbaik dilakukan, bagaimana menata diri dan keluarga, serta membekali diri dengan mengatur keuangan, agar tidak terjerat dalam stress dan dapat keluar dari berbagai persoalan.
Acara diawali sambutan dari Dr. Handi Risza – Wakil Rektor II Bidang Pengelolaan Sumber Daya Universitas Paramadina, juga sambutan dari Dr. Rini Sudarmanti – Ketua POINT Periode 2017-2020. Dalam sambutannya Ibu Rini juga memperkenalkan Ketua POINT yang baru, Dr. Devi Wulandari.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini Dr. Devi Wulandari – Dosen Program Studi Psikologi Universitas Paramadina, Dr. Prima Naomi – Dosen Program Studi Manajemen Universitas Paramadina, W. Trisari Harsanti Putri, S.Kom, M.T.I – Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Paramadina dan dimoderatori oleh Tia Rahmania, M.Psi., Psi., Dosen Prodi Psikologi Universitas Paramadina.
Dalam webinar yang terbuka untuk umum ini Dr. Devi Wulandari mengungkapkan aspek-aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa perempuan “Yakni pada saat perempuan menghadapi segala bentuk kekerasan, penderitaan kemiskinan, perubahan kondisi biologis pada saat menstruasi, hamil, melahirkan atau pun menopause dan ketiadaan dukungan sosial ketika menghadapi persoalan.” Katanya.
Sedangkan Prima Naomi menekankan bahwa perempuan harus cerdas dalam keuangan dan cerdas dalam berkomunikasi. “Karena bagaimana mengelola keuangan itu tergantung pada cara pandang kita terhadap uang yang berasal dari didikan awal dalam keluarga.”
“Makan di restoran mahal bisa dilihat sebagai upaya mengelola stress, tapi dapat dipandang sebagai penghamburan uang jika tindakan ini menyebabkan balance keuangan sudah terganggu.” Tambahnya.
Sementara Trisari atau akrab dipanggil dengan Sari menyatakan bahwa penggunaan sosial media untuk penyaluran stress tidak masalah, tapi jangan sampai ini dilakukan karena sosial media. “Bahkan sebaiknya untuk detoks sosial media.
Sekali-sekali meninggalkan handphone untuk beberapa waktu dan meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal lain, seperti bermain dengan anak, melakukan hobi menyulam misalnya.” Ujarnya.
Seminar ini ditutup dengan kesimpulan dari Tia selaku moderator, “Menjadi perempuan dengan segala keistimewaan adalah suatu anugrah dan Amanah dari Allah SWT. Jadilah perempuan yang cerdas serta memiliki mental yang sehat, sehingga kita bisa berkontribusi membentuk manusia-manusia baik di sekitar kita untuk dunia”. Pungkasnya. (mp)