Ketua BPD Madobag Tolak Kehadiran Perusahaan Kayu di Siberut

0
958
Metro Padang – Ketua Badan Permusyawaratan Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Markus Salakkopak menolak kehadiran PT. Bumi Alam Sikerei yang sedang mengajukan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHKHA) di Pulau Siberut.
Penolakan Markus tampak dari sikapnya yang tidak menghadiri acara sosialisasi yang dilakukan perusahaan kayu tersebut di di Kantor Yayasan Aksi Peduli Bangsa di Desa Muntei pada Senin (17/1/2022).
“Saya menolak perusahaan ini, pengalaman dulu pernah ada perusahaan tapi masyarakat tidak ada beruntung, saya memang sengaja tidak hadir karena memang tidak setuju dengan HPH ini,” katanya.
Agenda awal, kata Markus sosialisasi dilakukan di Kantor Desa Madobag tetapi kemudian alihkan ke Muntei.
“Yang butuh itu siapa karena setahu saya surat undangan itu di kantor Desa Madobag, saya memang ngak setuju HPH ini datang di Desa Madobag,” ujar Markus.
Sementara dalam sosialisasi itu sendiri hadir dari pihak PT. Bumi Alam Sikerei yakni Joni Kusma, Andre Satoko dan Cornelius Sabailatty yang menamakan dirinya Forum Mentawai Bersatu. Forum ini sebagai perpanjangan tangan perusahaan kayu itu melakukan sosialisasi ke tengah masyarakat.
Sedangkan dari Pemerintah Desa Madobag yang hadir Kepala Desa Madobag Yohannes Tasirikeru, Ketua Karang Pius dan Lembaga Adat Desa (LAD) Walter Samalelet dan Linus Salolosit serta kepala-kepala dusun di desa itu.
Mereka yang ikut pertemuan juga akan kwatir ketika perusahaan datang hewan buruan seperti monyet babi akan hilang sebab di Mentawai hewan buruan seperti monyet sangat dibutuhkan ketika anak anak kami menerima namanya (Eneget).
Kepala Dusun Sereming, Antonius Sanambaliu mengatakan meski menghadiri sosialisasi itu dirinya belum menentukan sikap menerima kehadiran perusahaan kayu PT. Bumi Alam Sikerei.
“Jadi apakah ada solusi sebab kami mencari sesuatu harus di tanah kami sendiri, sebab ketika mencari kebutuhan adat harus di hutan suku kami, kalau kami di tanah suku orang lain akan ada konflik,” kata Antonius Sanambaliu.
Menurut Kepala Dusun Kulukubuk, Martinus Suili masih banyak pertanyaan yang muncul terhadap kehadirin perusahaan kayu.
“Kami harus tahu dulu apa efek samping positif dan negatif ketika perusahaan masuk, soal kesejahteraan masyarakat dan kerugian masyarakat seperti apa,” kata Martinus.
Kepala Desa Madobag, Yohannes Tasirikeru menyebutkan kehadiran dirinya dalam sosiliasasi yang digelar PT. Bumi Alam Sikerei bukanlah sebagai persetujuan terhadap perusahaan kayu itu tetapi untuk mendapatkan informasi lengkap.
“Jadi kita lihat dulu, kita tanya dulu Sikebbukat Uma (kepala suku) ini tidak ada unsur paksaan kita hadir untuk memahami bagaimana kesiapan kita, artinya efek negatif ada tantangan tapi bagaimana kita harus kaji dulu, tidak mungkin kita bilang langsung menerima kita pelajari dulu,” kata Yohannes.
Andre Satoko, Humas Eksternal PT.Bumi Alam Sikerei mengatakan, kegiatan sosialisasi yang mereka lakukan pada 7 desa di Siberut yakni Madobag, Muntei, Matototonan, Maileppet, Taileleu, Saliguma dan Desa Katurei untuk mendapat dukungan moril dalam bentuk tanda tangan, bukan penyerahan lahan.
“Tidak ada pemaksaan perusahaan, jadi ke depan masih ada sosialisasi lagi kepada pemilik lahan, yang kedua kami sebagai Forum Mentawai Bersatu itu pendampingan saja bukan pihak perusahaan, jadi kami berada di tengah tengah kalau ada persoalan nantinya, jadi kami hanya mengawal, lebih kuat posisi masyarakat, sekarang terakhir sosialisasinya tujuannya baik,” ujar Andre. (mp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini